POTENSI PANGAN DARI MIKROBA (TUGAS UAS)

 

Nama   : Lulu Il Ma’nun

Nim     : G2D023090

Prodi   : S1 Teknologi Pangan

Dospem :  : Dr Agus Suyanto,S.TP,M.Si

 

 

 

PERAN KACANG HIJAU  SEBAGAI ALAT ALTERNATIF UNTUK PERKEMBANGAN JAMUR Aspergillus Flavus

 

Sumber gambar : https://alchetron.com/Aspergillus-flavus

 

Abstrak

Artikel ini menjelajahi tentang potensi pangan dari kacang hijau sebagai alat alternatif untuk perkembangan jamur Aspergillus Flavus. Jamur ini  ternyata bersifat merugikan yang menghasilkan toksik yang disebut aflaktosin. Media kultivasi umumnya menggunakan PDA yang mahal. Alternatifnya, dapat digunakan media berbahan baku kacang hijau untuk mengurangi biaya. Saya menyelidiki nilai kandungan nutrisi tinggi dan dampak positif dari Aspergillus Flavus terhadap kacang hijau. Artikel ini juga membahas berbagai aplikasi kacang hijau dan Aspergillus Flavus dalam industri pangan, mulai dari sumber karbohidrat dari kacang hijau sampai kandungan Aspergillus flavus yang bisa dikatakan berbahaya apabila berlebihan, yang menghasilkan toksik yang disebut aflaktosin. Artikel ini menyuarakan pentingnya menjaga kadar jamur Aspergillus Flavus dalam kacang hijau.

Kata kunci : Media kacang hijau, Aspergillus Flavus


Abstrak

This article explores the food potential of green beans as an alternative tool for the development of the fungus Aspergillus Flavus. This fungus turns out to be detrimental and produces a toxin called aflactosin. Cultivation media generally use expensive PDA. Alternatively, media made from green beans can be used to reduce costs. I investigated the value of the high nutritional content and positive impact of Aspergillus Flavus on green beans. This article also discusses various applications of green beans and Aspergillus Flavus in the food industry, starting from the carbohydrate source from green beans to the content of Aspergillus flavus which can be said to be dangerous if excessive, which produces a toxin called aflactosin. This article emphasizes the importance of maintaining levels of the Aspergillus Flavus fungus in green beans.

Key words: Green bean media, Aspergillus Flavus


1.     Pendahuluan

Media adalah campuran nutrisi yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme, termasuk jamur yang dapat dibudidayakan. Jamur memiliki peran penting dalam kehidupan, baik sebagai mikroorganisme yang menguntungkan (saprofit) maupun yang merugikan.

Jenis jamur yang bersifat merugikan diantaranya yaitu Aspergillus Flavus. Jamur ini menghasilkan toksis yang yang disebut dengan aflaktoksin, aflaktoksin merupakan jenis toksin yang mempunyai sifat karsinogenik (zat atau senyawa yang dapat menyebabkan kanker) dan hepatotoksik (keadaan dimana sel hati mengalami kerusakan karena zat-zat kimia yang bersifat toksik).

Laporan BPOM tahun 2004 mencatat 153 kasus keracunan pangan di 25 provinsi Indonesia. Provinsi Jawa Barat memiliki kasus terbanyak (32 kejadian atau 21%), diikuti Jawa Tengah (17 kejadian atau 11%). DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat masing-masing 11 kejadian (7,2%). Bali mencatat 10 kejadian (6,5%), sementara Riau, Bangka Belitung, dan Kalimantan Selatan memiliki kasus paling rendah, masing-masing 1 kejadian (0,7%). Keracunan ini diperkirakan disebabkan oleh aktivitas mikroba, termasuk jamur Aspergillus flavus yang menghasilkan aflaktoksin (Taufik, 2018).

Menurut hasil pencarian saya, media pangan yang dianggap paling baik dan efektif untuk biakan adalah media PDA (Potato Dextorose Agar).  PDA adalah medium pertumbuhan mikrobiologi yang terbuat dari infus kentang dan dekstrosa, medium tersebut mengandung karbohidrat yang merupakan sumber nutrisi bagi pertumbuhan jamur. Medium ini pasti hanya dibuat oleh perusahaan-perusahaan tertentu dan harganya yang masih tergolong mahal karena sudah dalam bentuk kesediaan siap pakai. Hal ini yang menjadi permasalahan, oleh karena itu diperlukan media alternatif lain yang bisa menumbuhkan jamur. Salah satunya disini yaitu dari bahan baku kacang hijau sebagai pertumbuhan jamur.

2.     Metode

Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan informasi mengenai komposisi, nutrisi sifat, dan aplikasi industri kacang hijau melalui artikel penelitian, dan sumber informasi terpercaya lainnya yang kemudian dianalisis dan diidentifikasi Kembali.

3.     Pembahasan 

    3.1  Kandungan Nutrisi

Aspergillus flavus dapat tumbuh pada media kacang hijau karena kacang hijau menyediakan nutrisi yang diperlukan, termasuk energi sebesar 345 kkal, protein 22,2 gram, karbohidrat 62,9 gram, lemak total 1,2 gram, Vitamin B1 0,64mg, kalsium 125 mg, zat besi (Fe) 6,7 mg, dan fosfor 320 mg. Kacang hijau juga mengandung berbagai asam amino esensial dan nonesensial.

Mochamad Rachman, menjelaskan kandungan dari kacang hijau berdasarkan DKBM (Daftar Komposisi Bahan Makanan) dalam 200 gram kacang hijau mengandung energi 345 kkal, protein 22, 2 gram, karbohidrat 62,9 gram, lemak total 1,2 gram, Vitamin B1 0,64mg, kalsium 125 mg, zat besi (Fe) 6,7 mg dan posfor 320 mg. Selain itu juga mengandung banyak asam amino esensial dan asam amino nonesensial.

Aspergillus flavus tumbuh pada kacang hijau karena kacang hijau menyediakan berbagai nutrisi yang diperlukan oleh jamur tersebut. Beberapa kandungan yang mungkin dibutuhkan oleh Aspergillus flavus dalam kacang hijau melibatkan zat-zat seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral tertentu yang dapat menjadi sumber energi dan nutrisi untuk pertumbuhan mikroorganisme tersebut. Kondisi lingkungan dan komposisi kacang hijau dapat mempengaruhi kemampuan Aspergillus flavus untuk tumbuh dan berkembang.

Jamur, seperti Aspergillus flavus, memanfaatkan sumber karbon seperti karbohidrat (polisakarida, disakarida, monosakarida), asam organik, dan asam amino untuk pertumbuhan. Riyanto (2010) menyatakan bahwa karbohidrat adalah nutrisi penting bagi jamur. Faktor lingkungan seperti kelembapan (optimal 70%), suhu (10-40°C), dan pH (5-7) juga mempengaruhi pertumbuhan jamur. Selain sebagai sumber energi, karbohidrat juga berperan dalam membentuk struktur sel jamur, seperti yang disebutkan oleh Wulandari (2010).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jamur, seperti Aspergillus flavus, termasuk faktor substrat, kelembapan (optimal 70%), suhu (psikofilik, mesofilik, termofilik), dan pH (biasanya 7,0 kebawah). Substrat berperan sebagai sumber utama nutrisi untuk jamur, sedangkan kelembapan, suhu, dan pH memiliki peran khusus dalam pengaturan pertumbuhan mikroorganisme.

Sehingga dari pembahasan diatas diketahui bahwa media alternatif kacang hijau dapat digunakan untuk menumbuhkan jamur Aspergillus flavus. Dan media alternatif ini juga membantu diagnosa laboratorium penyakit Aspergilosis.

3.2  Dampak positif Aspergillus Flavus untuk kacang hijau

Aspergillus flavus dapat memberikan beberapa dampak positif pada kacang hijau, termasuk:

a.      Proses Fermentasi:

Aspergillus flavus digunakan untuk meningkatkan rasa dan tekstur produk hasil fermentasi dari kacang hijau.

b.     Enzimasi:

Aspergillus flavus menghasilkan enzim untuk memecah nutrisi kompleks dalam kacang hijau, memudahkan penyerapan oleh tanaman atau mikroorganisme.

c.      Produksi Senyawa Bioaktif:

Beberapa strain Aspergillus flavus dapat memproduksi senyawa bioaktif dengan potensi nutrasetikal, seperti antioksidan atau antimikroba.

d.     Pemrosesan Pangan:

Aspergillus flavus dapat digunakan dalam industri pengolahan pangan untuk meningkatkan nilai tambah dan keamanan pangan dari produk berbahan dasar kacang hijau.

Namun, perlu diingat bahwa meskipun ada dampak positif, kontrol terhadap pertumbuhan Aspergillus flavus juga penting untuk mencegah produksi aflatoksin yang berbahaya bagi kesehatan manusia.

4.     Simpulan

Pada dasarnya, Aspergillus flavus adalah jamur yang memiliki dampak positif dan negatif. Dampak negatifnya terkait dengan produksi aflaktoksin yang dapat menyebabkan keracunan pangan. Dalam konteks pertumbuhan jamur ini, kacang hijau diusulkan sebagai media pertumbuhan alternatif yang kaya nutrisi. Meskipun Aspergillus flavus dapat memberikan dampak positif dalam proses fermentasi, enzimasi, produksi senyawa bioaktif, dan pemrosesan pangan, kontrol pertumbuhannya perlu diperhatikan untuk mencegah risiko kesehatan terkait aflaktoksin.

5.     Saran

Berdasarkan peyimpulan yang telah diuraikan, beberapa saran dapat diajukan :

a.      Intensifikasi Pengawasan Aflaktoksin:

Peningkatan pengawasan terhadap pertumbuhan Aspergillus flavus diperlukan untuk mengurangi risiko produksi aflaktoksin pada makanan. Langkah-langkah pengendalian harus diperkuat, termasuk kebersihan dan pemantauan lingkungan pertumbuhan.

b.     Penelitian Lanjutan tentang Media Alternatif:

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait media pertumbuhan alternatif, khususnya fokus pada kacang hijau. Penelitian ini dapat membantu mengoptimalkan metode pertumbuhan jamur dengan mengutamakan aspek keamanan dan ekonomi.

c.      Kampanye Kesadaran Masyarakat:

Menggalakkan kampanye penyuluhan masyarakat mengenai risiko aflaktoksin, tata cara pengolahan pangan yang aman, serta peran pemilihan media pertumbuhan dalam mencegah kontaminasi mikroba yang merugikan.

d.     Kolaborasi antara Industri dan Pemerintah:

Mendorong kerjasama yang erat antara industri pangan, peneliti, dan pemerintah untuk merumuskan regulasi yang mendukung pengendalian mutu pangan terkait Aspergillus flavus dan aflaktoksin.

e.      Evaluasi Sistem Monitoring Kasus Keracunan Pangan:

Mengevaluasi dan meningkatkan sistem monitoring kasus keracunan pangan untuk lebih efektif mengidentifikasi penyebabnya, termasuk peran mikroba seperti Aspergillus flavus, guna merespon dan mencegah kasus serupa di masa depan.

f.      Penyuluhan Industri Pangan:

Memberikan penyuluhan kepada industri pangan mengenai praktik terbaik dalam pemilihan dan penggunaan media pertumbuhan, serta implementasi kontrol kebersihan yang ketat.

Implementasi saran-saran ini diharapkan dapat meningkatkan keselamatan pangan dan mengurangi risiko dampak negatif yang mungkin timbul dari pertumbuhan Aspergillus flavus pada bahan pangan.

 

 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

TUGAS BIOLOGI - TANAMAN, JENIS DAN MANFAATNYA

ZAT AKTIF DAN ZAT GIZI PADA HEWAN